BOYOLALI – Warga lereng Gunung Merapi merayakan lebaran ketupat dengan mengarak hewan ternak mereka dalam acara bakdan sapi atau lebaran sapi. Warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk, menjalankan tradisi unik tersebut sepekan usai Hari Raya Idul Fitri.
Namun, suasana agak berbeda tahun ini lantaran pandemi virus corona (Covid-19) masih melanda. Karena itu, pada tahun ini hanya sektar 20-30 ekor sapi yang diarak di lingkungan RT masing-masing untuk menghindari kerumunan guna mencegah penyebaran Covid-19. Padahal biasanya, sapi yang diarak bisa sampai 150 ekor.
“Kemarin sebelum pandemi itu sekitar 150 ekor sapi, tetapi kalau ini situasi seperti ini paling paling mungkin 20-30 ekor,” ujar salah satu tokoh masyarakat desa setempat, Warjuli di sela kegiatan.
Kegiatan itu diawali dengan prosesi di jalan utama di Desa tersebut pada Kamis (20/5/2021) pagi. Tradisi turun temurun yang diikuti 110 KK warga Dukuh Mlambong, Gedongsari dan Rejosari ini diawali kenduri, membawa ketupat dilengkapi sayur dan lauk pauk. Gelaran tikar ini digunakan warga untuk memanjatkan doa sebagai wujud syukur.
Usai kenduri, hewan ternak milik warga diarak dengan gunungan ketupat serta hasil bumi lainnya menyusuri jalan di dukuh. Sebelum sapi diarak keliling kampung, sapi diberikan makanan ketupat dan kemudian dioleskan atau diberikan minyak wangi sehingga harum. Ternak sapi dimanjakan peternaknya karena melalui ternak, masyarakat mampu hidup sejahtera.
Baca Juga : 5 Solusi Hilangkan Lemak Berlebih Akibat Banyak Makan saat Lebaran
Salah satu warga Desa Sruni, Jupri mengatakan tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat dengan mengarak ternak sapi dan kambing meski ditiadakan seperti tahun sebelum pandemi di desanya, tetapi sebagian peternak tetap dilakukan secara individu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. “Protokol kesehatan tetap dijalankan,” tandasnya.
Baca Juga : Kue Lebaran Bisa Bertahan Berapa Lama? Ini Jawabannya
(erh)
- #Lebaran Ketupat
- #Tradisi
- #Lebaran