Menggali Peran Soekarno di Balik Lahirnya Pancasila

JAKARTA – Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaa Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, menerbitkan buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.

Di dalam buku tersebut tertuang jika Presiden RI pertama, Soekarno merupakan salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang BPUPKI. Pada 1 Juni 1945, dalam pidatonya Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,

Baca juga:  Bamsoet Tegaskan Nilai Pancasila Senjata Pamungkas Hadapi Pandemi Corona

2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,

3. Mufakat atau Demokrasi,

 Baca juga: Humor Gus Dur: Pancasila Versi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah

4. Kesejahteraan Sosial,

5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Dan berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.

Dalam proses perumusan dasar negara, Soekarno memainkan peran yang sangat penting. Dia berhasil mensintesiskan berbagai pandangan yang telah muncul dan orang pertama yang mengonseptualisasikan dasar negara itu ke dalam pengertian “dasar falsafah” (philosofische grondslag), atau “pandangan komprehensif dunia” (weltanschauung) secara sistematik dan koheren.

Hal itu dikatakan saat Soekarno berpidato. Ia terlebih dahulu memberikan pendapatnya mengenai apa yang dimaksud oleh Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Radjiman Wediodiningrat.

”Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda ’Philosofische grondslag’ dari pada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi,” kata Soekarno.

Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947).

1
2
  • #Sejarah Pancasila
  • #Soekarno
  • #Tokoh Pembentuk Pancasila
  • #Arti dan Makna Pancasila
  • #Hari Lahir Pancasila

Next Post

Ini Alasan Jokowi Tetapkan 1 Juni sebagai Hari Libur Nasional

Sel Jun 1 , 2021
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Dengan penetapan itu, tiap 1 Juni menjadi ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak 1 Juni 2017. Jokowi mengatakan, penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila telah melalui proses panjang dan penuh pertimbangan. “Ini sebuah perjalanan panjang yang […]