KETAPANG – Jhon, adalah nama orangutan yang diberi oleh warga. Jhon sempat dilaporkan karena kerap masuk ke kebun warga di Desa Tempurukan, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Kini, orangutan yang diperkirakan berusia sekitar 15-20 tahun tersebut sudah berada di hutan rawa gambut yang kaya akan makanan. Jhon berhasil ditranslokasi tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang dan IAR Indonesia, pada Selasa (29/9/2020).
Argitoe Ranting, Kepala Program IAR Indonesia menerangkan, sebelumnya Jhon dilaporkan sedang mencari makan di kebun milik warga. Diduga, Jhon berasal dari Hutan Sentap Kancang yang berbatasan langsung dengan desa ini. Jhon diduga masuk ke kebun warga karena sebagian habitatnya sudah hancur akibat kebakaran 2019 silam.
“Berdasarkan hasil verifikasi dan pemantauan udara, jarak antara kebun warga dengan blok Hutan Sentap Kancang lebih 4 kilometer. Ini artinya orangutan tidak bisa digiring kembali masuk ke dalam hutan karena jarak yang terlalu jauh,”jelas Gitoe, Senin (5/10/2020).
Menimbang kondisi ini dan mengingat potensi konflik manusia dengan orangutan yang mungkin dapat terjadi, lanjut Gitoe, tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar memutuskan untuk mentranslokasi orangutan yang diperkirakan seberat 50 kilogram ini ke lokasi yang lebih baik.
“Wilayah Sungai Benibis yang masih masuk ke dalam kawasan Hutan Sentap Kancang dipilih menjadi rumah baru bagi Jhon. Selain karena masih dalam lanskap yang sama, wilayah yang berupa hutan rawa gambut ini cukup jauh dari perkebunan dan perkampungan warga,” katanya.
Sehingga hal ini dapat meminimalisir potensi konflik. Hasil survey di hutan gambut ini juga menunjukan adanya jumlah yang jenis pakan yang cukup berlimpah bagi orangutan. Translokasi Jhon berjalan lancar.
Setelah melewati serangkaian pemeriksaan medis, dokter hewan IAR Indonesia yang memeriksa Jhon ini menyatakan orangutan ini dalam kondisi baik, tidak ditemukan adanya kelainan atau bekas luka atau luka terbuka di badannya.
“Karena kondisi orangutan ini sehat dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut, maka kami langsung mentranslokasikan orangutan ini ke Hutan Sentap Kancang,” tutur Gitoe.
Meskipun kegiatan ini sukses memindahkan orangutan ke hutan yang lebih baik untuk kehidupannya, tranlokasi semacam hanyalah solusi sementara. Translokasi ini tidak bisa mengurai akar permasalahan sebenarnya.
“Permasalahan sebenarnya terletak pada alih fungsi dan kerusakan hutan. Selama alih fungsi dan kerusakan hutan terus terjadi, konflik manusia-orangutan akan terus terjadi,” kata Gitoe.
Ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan bertambah sejak kebakaran besar melanda sebagian besar wilayah di Ketapang. Hutan yang terbakar menyebabkan banyak orangutan kehilangan tempat tinggal dan dan sumber penghidupannya.
Sebelumnya
Selanjutnya
- #satwa dilindungi
- #Konflik Manusia dan Satwa
- #IAR
- #orangutan